Sabtu, 25 Januari 2025

Romansa di Balik Himpunan Mahasiswa : Himpunan Karya Citra Saras

 


Haii teman-teman kali ini aku mau nge-review buku lagi nih. Sebenernya buku ini tuh udah lama banget terbit yaa tahun 2021, aku udah beli buku ini pas SMP. Nah awalanya tuh aku tau buki ini dari wattpad, dulu aku suka baca wattpad, kan anak wattpad biasanya kalau ketemu sama anak wattpad juga suka sharing gitu kan kek kamu baca apa? rekomendasi dong? gitu gitu lah yaa. Jadi waktu itu kan aku lagi ngumpul sama temenku ini dia juga baca wattpad ya, nah dia nanya 'baca himpunan enggak? ' aku bingung kan 'hah himpunan apa? ' waktu itu real aku gak tau ada wattpad judulnya ini. Dia bilang ' wattpad masak kamu gak tau? viral banget lohh' dia bilang gitu tapi beneran aku gak tau huhuhu. Terus akhirnya waktu itu kan aku lagi scroll tiktok gak sengaja nemu rekomendasi wattpad NAHH ADA NIH ADAA ' HIMPUNAN ' masuk daftarnya. Udah kan itu aku baca tapi lewat wattpad yaa dulu aku bacanya, sebenarnya aku udah agak lupa juga ceritanya aku review seingat ku aja yaa... udah kan itu aku baca, besoknya aku ketemu lagi sama dia ' Eh aku baru aja baca wattpad lohh ceritanya bagus banget ' dia nanya 'apa judulnya mau baca juga ' aku jawablah ' Himpunan' terus dia bilang ' Himpunan yang Naya sama Dimas itu enggak? ' aku jawab ' iya kok tau? ' dia bilang gini ' Lha yaa itu kan wattpad yang tempo haru aku tanya ke kamu ' aku langsung OHH YANG DIA MAKSUD TUH INI heheh. 

Jadi yaa gitu akhirnya sangking sukanya aku beli deh versi novelnya katanya ada beberapa chapter yang beda. Surprisingly, aku suka juga versi novelnya meskipun aku juga udah baca ya yang di wattpad enjoy aja gitu.  Menurutku juga worth it untuk dibaca. Buku setebal 600+ halaman ini aku baca mungkin kurang lebih selama tiga hari. Mungkin yang pertama kali baca bakal lama banget. Salah satu alasan kenapa waktu baca bisa beda-beda ya karena tokoh di buku ini banyak banget. Saran aku, kalian catat tuh tokoh-tokohnya siapa aja. Atau kalau ngrasa ribet, yaudah cukup konsentrasi aja sih pas bacanya hehe. oke aku akan kasih sedikit sinopsis tentang novel ini. 

MEMO:

Kepada Dimas dan Naya selaku ketua Himpunan dan wakil ketua Himpunan Kabinet Irregular, diharapkan segera ke ruang jurusan begitu menerima memo ini untuk membahas mengenai kepengurusan Himpunan selama setahun ke depan.


Tertanda,


Ketua Prodi

P.S. Saya tahu selain hebat dalam mengurus Himpunan, kalian juga hebat dalam beradu pendapat. Tolong sebelum ke ruang jurusan jangan bertengkar dan coba untuk mengerti satu sama lain. 

Nah di atas itu adalah sinopsis di belakang bukunya yaa, tapi gini deh aku kasih alurnya dikit, bercerita tentang Dimas, seorang mahasiswa yang bercita-cita menjadi ketua himpunan mahasiswa di periode mendatang, dihadapkan pada dilema besar: siapa yang akan ia pilih sebagai wakilnya? Meskipun ia telah memiliki banyak kandidat potensial dalam pikirannya, keputusan itu terasa sulit untuk diambil.

Suatu hari, Dimas memutuskan untuk berdiskusi dengan salah satu kakak tingkatnya. Dalam percakapan tersebut, kakak tingkatnya memberikan saran untuk mempertimbangkan Naya, teman satu angkatannya. Meski Dimas dan Naya adalah teman seangkatan, hubungan mereka sebenarnya tidak terlalu akrab. Namun, Dimas percaya bahwa Naya memiliki potensi besar untuk mengisi posisi tersebut.

Setelah mendapatkan persetujuan dari kakak tingkatnya, Dimas memberanikan diri menemui Naya untuk menyampaikan maksudnya. Ketika mendengar niat Dimas, Naya terkejut. Ia merasa banyak mahasiswa lain yang lebih kompeten dan pantas mendampingi Dimas sebagai wakil ketua. Namun, teman-teman Naya justru mendorongnya untuk menerima tawaran tersebut. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Naya setuju menjadi wakil ketua.

Setelah kabar baik itu diterima, Dimas langsung mengunjungi kos Naya untuk membahas rencana kerja mereka selama satu tahun ke depan. Hari-hari berikutnya, keduanya semakin intens berdiskusi dan menyusun strategi demi mencapai tujuan organisasi.

Pemilihan ketua dan wakil ketua himpunan pun tiba. Dimas dan Naya berhasil menjawab semua pertanyaan dengan baik, menunjukkan kerja sama yang solid dan visi yang jelas. Pasangan ini akhirnya terpilih sebagai ketua dan wakil ketua untuk periode satu tahun ke depan.

Segera setelah resmi menjabat, mereka mengajak teman-teman angkatan mereka untuk bergabung sebagai pengurus himpunan. Dalam diskusi pertama, Naya mengusulkan nama untuk himpunan mereka: Irregular. Nama ini mencerminkan keunikan organisasi mereka, terutama karena jumlah anggota laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Dimas dan Naya menghabiskan banyak waktu bersama karena tanggung jawab mereka. Mereka bekerja keras membangun himpunan dan bahkan menetapkan peraturan baru, yaitu melarang anggota himpunan berpacaran dengan sesama anggota hingga masa bakti mereka selesai.

Namun, di balik kesibukan mereka, pertanyaan besar muncul: apakah Dimas dan Naya benar-benar tidak memiliki perasaan satu sama lain meskipun sering menghabiskan waktu bersama? Bagaimana dinamika hubungan mereka akan berkembang? Dan seperti apa serunya perjalanan himpunan ini dalam mewujudkan rencana-rencana yang telah mereka susun?

Kurang lebih gitu ya gess garis besar ceritanya, oke mari kita bicara tentang buku ini. 

  1. Font-nya enak banget di mata, ukurannya pas, terus tata letaknya rapi banget. Yang bikin makin gemas, judul tiap chapter dibikin kayak kop surat himpunan gitu. Jadi makin berasa vibes himpunannya. Keren banget, seriusan!

  2. Dengan buku setebal ini, alurnya beneran nggak ribet. Penulisnya pintar banget nyusun cerita, jadi aku yang baca tuh santai aja ngikutin alurnya. Nggak ada tuh drama bingung sama siapa-siapa atau balik-balik halaman cuma buat ngecek detail. Pokoknya enjoy!

  3. Oke, latarnya Bandung, tapi vibes sama obrolan anak-anaknya lebih ke gaya Jakarta. Mungkin karena mereka sering banget ngobrol mix Indonesia-Inggris, jadi kesannya nggak terlalu Sunda banget. Baru deh kerasa Bandung-nya kalau Ecan, Nana, sama tokoh-tokoh yang asli Sunda lagi kumpul. Btw, Chandra aja yang udah lama tinggal di Bandung masih suka bengong kalau ada yang ngomong pakai Bahasa Sunda. Tapi kalau dari sapaan “Akang” dan “Teteh”, itu udah cukup banget buat kasih gambaran latarnya di mana. Misalnya Nana yang sering banget manggil Naya “Teteh,” atau Ecan yang suka manggil seniornya “Akang.” Naya sendiri, walaupun orang Bandung asli, jarang ngobrol pakai Bahasa Sunda, apalagi kalau sama anak-anak yang bukan asli Bandung. Saran aja sih, kalau ada dialog Bahasa Sunda, mending dikasih catatan kaki di bawah. Soalnya meskipun kadang Naya suka bantu nerjemahin ke temen-temennya, kalau lagi nggak ada Naya yaudah bingung sendiri. Apalagi kalau Ecan sama Nana udah ngobrol, duh... nyundaaa pisan.

  1. Yang aku suka, nggak cuma fokus ke Dimas dan Naya, tapi tokoh-tokoh lain juga dapet spotlight. Ceritanya jadi seimbang, nggak ada yang terasa kelewat. Penulis ngenalin semua tokoh dengan detail banget, jadi semua terasa hidup. Nggak heran sih kalau bukunya tebel, tapi worth it banget buat dibaca! Dan seperti biasa, aku juga salfok sama tokoh lain. Di buku ini, aku jatuh hati sama Maraka. Dia tuh bener-bener “too good to be true.” Bahkan Naya aja bilang, “you’re too good to be single.” Aku setuju banget sama Naya! Jadi pacarnya Maraka tuh kayak dapet paket lengkap: pacar, sahabat, sama kakak. Udah kayak makan nasi goreng tambah karet dua, lengkap banget pokoknya.

  1. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, terutama pas bagian Naya ngobrol sama Dimas. Obrolan mereka tuh ringan, tapi deep banget. Kadang aku baru sadar dapet pelajaran penting setelah selesai baca percakapan mereka. Penulisnya bener-bener berhasil masukin pesan tanpa terasa berat. Keren banget! 

Segitu aja sih reviewnya kalau kalain tertarik beli aja rekomen banget tapi kalau gak mau ngeluarin uang yaa baca aja di wattpad, tapi gak tau juga ya masih ada apa enggak. Soalnya aku belum ngecek lagi apakah udah di unpublis atau belum. Udah segitu aja bye... 

Kamis, 23 Januari 2025

Persahabatan, Cinta, dan Perjuangan Identitas dalam Novel Ndoro Darmabumi


" 𝑺𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉'𝒐 𝒅𝒊 𝑯𝑩𝑺, 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒊𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝑵𝒅𝒐𝒓𝒐 𝑫𝒂𝒓𝒎𝒂𝒃𝒖𝒎𝒊, 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒄𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂." 𝟏𝟖𝟕𝟖

Sepenggal kata yang di tulis oleh Filli di deskripsi AU-nya. 

Hai teman! Oke kali ini aku mau ngereview karyanya @filliananur_ lagi, yang kemarin kan udah berlatar belakang zaman kerajaan Hindu-Budha. Tapi kali ini cerita yang diangkat Fili berlatar belakang zaman Kolonial yang mengangkat tema identitas, diskriminasi, dan kepemimpinan. Sebenarnya novel imi juga di unggah oleh Fili di akun X nya dengan bentuk AU (Alternative Universe). Novel ini ditulis sebelum Kala Hitam Bermula. Sebelum Fili memutusakan untuk keluar dari zona nyaman dengan menulis dengan latar belakang Singasari. 

AU atau novel ini menceritakan kehidupan sekolah di masa Hindia-Belanda pada tahun 1878. Menceeritakan tiga pemuda keturunan Eropa yang bersekolah di HBS dengan rumor buruk yang membelenggu ketiganya. Rumor bahawa mereka merupakan antek-antek Preibumi bersenjata. Pada zaman itu Raffles memecahkan Jawa menjadi 16 keresidenan dengan tujuan untuk mengurangi kekuasaan para Raja dan Sultan. Mereka adalah Darmabumi seorang sinyo putra dari Residen Semarang, William Vos putra Residen Banjoemas, dan Hansen de Boer, putra Residen Lampung. Tiga sahabat ini udah dekat sejak kecil dan tinggal serumah sejak sekolah di ELS, karena mereka tinggal jauh dari orang tua demi mengenyam pendidikan. 

Pasca pembubaran VOC, pemerintah kolonial Belanda mulai menerapkan sistem tanam paksa yang terjadi pada tahun 1830-1870. Hal terssebut mengakibatkan dampak yang masih sangat berasa pada tahun 1887. Camar, Wiliam, dan Hansen, tidak sengaja bertemu dengan kelompok orang byang terdampak pasca tanam paksa, mereka tanpa ragu membantu orang tersebut tanpa sepengetauhan orang tua mereka. mereka menjadi pemimpin dan ikut turun tangan dalam mencuri bahan pangan untuk orang tersebut dari juragan kaya ataupun meneer. Apakah status mereka sebagai seoorang londho akan mempertahankan kesetianan mereka? Seperti biasa Fili selalu mencantumkan prolog diceritanya nah prolognya sebagai berikut, 



HBS atau Hoorage Burgerschool, adalah sebuah pendidikan menengah umum pada era penjajahan Hindia Belanda khusus untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite Pribumi. HBS menjadi sasaran sekolah setelah ELS( Eropeesche Lagere School ) atau HIS ( Hollandsch-Inlandsche school ) yang kala itu setara dengan pendidikan dasar.

Tak sembarang orang bisa masuk ke sekolah tersebut, mereka yang berpengaruh sajalah yang mampu. Mari menelisik kehidupan pendidikan umum kala itu, sebuah sekolah yang memiliki tiga orang pria mendominasi paling kuat diantara yang lain. Para orang tua yang menyekolahkan putra mereka sering kali berujar, “sekolah’o di HBS, tapi jangan menyinggung ndoro darmabumi, nanti celaka.” Begitulah mereka menasehati anaknya, terlihat begitu mengagungkan sosok Darmabumi agar jangan sampai terusik.

Mari menyusuri lorong waktu, menelisik setiap kenangan yang hadir di benak setiap insan. Menjejaki kehidupan sosok Darmabumi yang ditakuti kala itu.

Brakk

Sebuah dobrakan keras terdengar begitu memekakkan telinga. Semua manusia dalam penjuru kelas hanya bisa terdiam sembari menunduk takut, sosok pria londho yang tengah mengajar ikut tertegun tegang dengan suasana yang ada. Laki-laki yang menjadi sumber ketegangan nampak memutar bola matanya jengah, langkahnya mulai terdengar meninggalkan kelas dengan acuh. Dua pria londho yang terlihat seumuran nampak ikut berdiri, mengikuti langkah pria yang cenderung memiliki kulit lebih gelap. Ketiganya mulai keluar kelas, menyisakan hembusan nafas lega di setiap insan yang ditinggalkan.

Pria yang terlihat memimpin dengan tubuh tinggi nan tegap, memiliki tubuh kekar dengan rambut berwarna hitam legam, berhias bola mata berwarna abu terang, dia adalah Darmabumi atau orang Belanda mengenalnya dengan nama Peter Van Leevwen. Darmabumi termasuk kedalam kaum sinyo, mereka adalah anak laki-laki keturunan Pribumi dan Belanda. Pemuda itu menjadi orang yang ditakuti bukan karna statusnya yang menjadi seorang putra residen Semarang. Tapi rumor, dimana ia menjadi antek-antek Pribumi bersenjata.

Sedangkan dua pria londho yang mengikutinya adalah Wiliam Vos dan Hansen De Boer. Putra residen Banjoemas dan Lampoengsche Districten, ketiganya menjadi sahabat dekat sejak sekolah bersama di ELS. Pada awalnya saat masih di ELS , Darmabumi menjadi anak yang tersisihkan dengan status Sinyo dan kulit gelapnya. Tak arang, Darmabumi menjadi pelayan para anak eropa yang membawakan tas atau barang-barang milik anak lain yang memiliki kulit putih. Darmabumi berhasil masuk ke ELS berkat sogokan sang ayah pada sekolah tersebut, posisinya sebagai anak tunggal menjadi harapan bagi keluarga untuk meneruskan posisi sang ayah. Kehidupan Darmabumi mulai berubah sejak bertemu dengan dua anak pendiam bernama Wiliam dan Hansen.

Berberapa kali bertemu secara tidak sengaja, Wiliam dan Hansen hanya menatap Darmabumi dengan bisikan satu sama lain. Sedangkan Darmabumi hanya bisa menunduk mengira bahwa dirinya sedang digunjing seperti biasanya.

Pada suatu hari, nampak seorang anak tengah meringkuk sembari melindungi tubuhnya dengan kedua tangan. Hantaman dan pukulan terus mendera dengan penuh kesakitan.

Bugh

“Bodoh! Pribumi menjijikan! Beraninya kamu menumpahkan makananku!” Teriakan penuh emosi itu dilayangkan oleh seorang anak Eropa bersama antek-anteknya. Pertikaian kali ini terjadi saat Darmabumi menjadi pelayan temannya, anak itu membawakan semua bekal makanan secara sekaligus untuk dibawa ke taman sesuai perintah. Banyaknya kotak bekal berbentuk rantang membuat tubuh kecil Darmabumi kesulitan untuk melangkah.

Dari sanalah masalah bersumber, karna kesulitan melangkah membuat Darmabumi menjatuhkan rentengan makanan yang ia bawa. Ceceran nasi mulai terlgeletak diatas tanah yang kotor, berakhir dirinya yang menjadi sasaran kemarahan oleh pemilik makanan.

Srakk

Sebuah tangan mencengkram rambut Darmabumi dengan keras, membiarkan anak itu mengerang sakit. Kepalanya ditekan kearah nasi yang telah kotor oleh tanah, “makan itu inlander.”

Bugh

Cengkraman di kepala Darmabumi terlepas digantikan dengan suara tangis. Derapan langkah yang menjauh mulai terdengar oleh Darmabumi membuat anak itu dengan perlahan membuka matanya. Sosok yang di tangkap oleh Darmabumi untuk pertama kali adalah, dua anak laki-laki yang datang dengan sebuah batu digenggamannya. Sebuah tangan terulur darinya, “jangan jatuh dan lawan mereka yang menganggumu,” Ucapnya dengan nada bergetar. Sedangan sosok anak yang lain nampak bersembunyi dibelakang tubuh temannya sambari membawa sebuah ranting pohon dengan tangan bergetar.

Melihat itu, Darmabumi terkekeh dalam hati dan mulai beranjak menggapai bantuan. Darmabumi berdiri di tengah antara dua anak londho dengan sebuah ranting kayu yang ia temui di dekat kakinya. Keberanian mulai terkumpul karna adanya kawan yang menemani, “Wiliam? Hansen? Apa yang kalian lakukan?” Tanya anak lain yang terisak Sembari memegang kepalanya yang berdarah akibat pukulan batu dari Wiliam.

“Tidak ada Rob, aku hanya membantu temanku. Jika kamu membawa temanmu untuk menganggu Peter maka aku juga akan membawa teman peter untuk membalasmu.”

“Peter? Dia tidak cocok dengan nama Peter! Jangan gunakan nama yang pantas untuk kita pada pribumi menjijikkan sep-”

Bugh

Hening melanda, suasana yang awalnya ramai berubah menjadi tanpa suara. Sebelum hinaan itu berakhir, Darmabumi melangkah dengan cepat menghampiri anak bernama Rob lalu memukul tubuh anak itu hingga tersungkur jatuh.

“Namaku Peter Van Leevwen, jika kesulitan kamu bisa memanggilku dengan Darmabumi, aku berasal dari Semarang.” Kalimat yang selalu diucapkan saat perkenalan siswa baru kembali terucap oleh bibir Darmabumi, wajahnya tersenyum menatap Rob yang tersungkur jatuh di bawah kakinya.

Anak yang tak pernah melawan itu kini menjadi pusat perhatian, menjadi sosok yang dihindari oleh siapapun. Termasuk para londho yang memiliki sifat tinggi hati.

“Peter, jadilah teman kami dan ayo bersama-sama.” 

Itu adalah prolog yang ditulis oleh Fili di AU-nya.  Oke cukup segitu aja pembukaannya mari aku ceritakan lebih kompleks cerita yang ada di dalamnya. 

Ndoro Darmabumi adalah cerita tentang Darmabumi, seorang sinyo—anak berdarah campuran pribumi dan Eropa—yang hidupnya nggak gampang sama sekali. Karena statusnya itu, Darmabumi sering banget jadi bahan olokan di sekolah elitnya, Hoogere Burger School (HBS). Malah, ada gosip yang bilang dia antek pribumi bersenjata, bikin reputasinya makin buruk di mata orang-orang.

Tapi untungnya, Darmabumi nggak sendirian. Dia punya dua sahabat setia, William dan Hansen, yang selalu ada buat dia. Mereka bertiga bagaikan trio solid yang saling mendukung dalam segala situasi. Cerita mereka makin seru pas ketiganya nemu sebuah desa kecil yang jauh dari kehidupan kota. Desa ini sederhana banget, jauh dari kata mewah, tapi justru di tempat inilah mereka belajar banyak hal tentang kepemimpinan dan tanggung jawab. Bersama-sama, mereka berusaha jadi sosok Ndoro—pemimpin yang dihormati di tengah masyarakat desa itu.

Masalah nggak cuma berhenti di situ. Darmabumi juga harus menghadapi drama cinta yang nggak kalah berat. Dia jatuh cinta sama seorang perempuan Londo (keturunan Eropa). Hubungan mereka penuh lika-liku, karena keluarga si perempuan nggak setuju anaknya pacaran sama cowok yang ada darah pribuminya. Kisah cinta ini menggambarkan gimana susahnya ngelawan aturan-aturan sosial yang kaku di zaman itu.

Selain soal cinta, cerita ini juga nyentuh isu yang lebih dalam, kayak kesetaraan dan identitas, yang ternyata masih relevan banget sampai sekarang. Awalnya, cerita terasa santai dan ringan, tapi makin lama konfliknya makin rumit. Darmabumi nggak cuma belajar jadi pemimpin, tapi juga harus mencari siapa dirinya sebenarnya di tengah semua tekanan itu.

Walaupun penyelesaian konfliknya agak kerasa buru-buru, novel ini tetap berhasil ngasih banyak pesan moral. Ndoro Darmabumi nggak cuma jadi cerita sejarah yang seru, tapi juga ngajarin aku buat lebih ngerti dan menerima identitas diri masing-masing. Cocok banget buat kamu yang suka cerita penuh drama, perjuangan, dan pelajaran hidup.


Sumber foto : 


Alster Lake: Ketika Danau Menjadi Saksi Sebuah Kisah Luar Biasa

 

Alster Lake adalah novel karya Auryn Vientania. Novel ini awalnya dipublikasikan di Twitter lewat akun @auriesa pada tahun 2021. Dengan gaya cerita Alternative Universe (AU), kisah ini bercerita tentang cinta, kehilangan, dan perjalanan hidup dua tokoh utamanya, Alea dan Dean Bjorn.

Oke ayo aku spil garis besar ceritanya dimulai dari kejadian sederhana: buku milik Alea tertinggal di perpustakaan. Yang bikin menarik, buku itu ternyata ditemukan oleh Dean Bjorn, penulis novel favorit Alea yang berjudul Alster Lake. Dari momen kembalinya buku itu, hubungan keduanya mulai terjalin.

Alea yang ngefans berat sama karakter fiksi George di novel Alster Lake kaget banget waktu tahu ternyata George itu terinspirasi dari Dean Bjorn sendiri. Karena punya ketertarikan yang sama, terutama soal Jerman, hubungan mereka makin dekat. Sampai akhirnya Dean memberanikan diri nembak Alea lewat surat cinta pas mereka liburan ke Hamburg, tepat di tepi Danau Alster. Romantis, kan?

Tapi, seperti kisah cinta lainnya, hubungan mereka nggak selalu mulus. Setelah resmi pacaran, masalah mulai bermunculan. Dean yang sibuk ngejar beasiswa ke University of Hamburg makin jarang ada waktu buat Alea. Sementara Alea, yang sibuk kuliah, ngerasa capek karena hubungan mereka jadi terasa berat sebelah. Akhirnya, keduanya sepakat buat pisah jalan.

Dean pergi ke Jerman walau beasiswanya nggak keterima, sementara Alea tetap menjalani hidupnya di Indonesia. Dua tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu lagi di Hamburg, tempat yang dulu jadi awal cerita cinta mereka. Dean yang kini sudah jadi penulis sukses dengan buku lanjutan Alster Lake bercerita tentang dirinya dan Alea.

Lewat pertemuan itu, mereka sama-sama sadar kalau perasaan lama nggak pernah benar-benar hilang. Walau hubungan mereka dulu sempat kacau, perpisahan itu ternyata bikin mereka belajar banyak hal. Mereka pun mulai berpikir untuk memperbaiki semuanya dan memberi cinta mereka kesempatan kedua.

Kelebihan Novel Alster Lake

Salah satu kelebihan Alster Lake adalah deskripsinya yang begitu detail dan hidup. Auryn Vientania berhasil menggambarkan suasana Jerman, terutama Hamburg dan Danau Alster, dengan sangat memikat. Pembaca seolah diajak berjalan-jalan ke tempat tersebut dan merasakan keindahan alam serta budaya Jerman hanya melalui kata-kata. Selain itu, karakter dalam novel ini juga digambarkan dengan jelas dan menarik, sehingga terasa begitu nyata dan dekat dengan pembaca. Penulis juga menyisipkan beberapa kosakata dalam Bahasa Jerman, yang secara tidak langsung menambah wawasan tanpa terasa seperti pelajaran formal. Sampul bukunya pun sangat estetik, dengan ilustrasi bergaya seni kuno yang sederhana namun berkesan, semakin mendukung pengalaman membaca yang menyenangkan.

Kekurangan Novel Alster Lake

Meski banyak kelebihannya, Alster Lake juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah alur cerita yang terasa lambat di beberapa bagian, sehingga bisa membuat pembaca yang kurang sabar merasa bosan. Dialog antar tokohnya juga cenderung terlalu formal, membuat kesan romantis antara Dean dan Alea terasa kurang natural dan agak kaku. Selain itu, ada beberapa bagian cerita yang terasa menggantung, seperti alasan Dean Bjorn tiba-tiba menghilang, yang tidak dijelaskan dengan rinci. Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak pembaca dan membuat penyelesaian konfliknya terasa kurang memuaskan. Tak hanya itu, beberapa kesalahan penulisan dan tanda baca juga masih ditemukan, yang sedikit mengganggu kelancaran membaca.

Pesan Moral Novel Alster Lake

Novel Alster Lake menyampaikan banyak pelajaran berharga tentang cinta, kehidupan, dan hubungan antar manusia. Salah satu pesan yang kuat dari cerita ini adalah pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Apa pun masalah yang dihadapi, baik kecil maupun besar, komunikasi yang terbuka dan jujur bisa menjadi kunci untuk menjaga hubungan tetap harmonis.

Selain itu, novel ini juga mengajarkan bahwa keputusan besar tidak seharusnya diambil saat emosi sedang memuncak. Ketika sedang marah, sedih, atau bahkan terlalu bahagia, pikiran sering kali tidak jernih, sehingga keputusan yang diambil berpotensi menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Yang tak kalah penting, Alster Lake menunjukkan bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, meskipun terhalang oleh jarak, waktu, atau berbagai rintangan. Jika memang takdir mempertemukan dua hati, maka mereka akan kembali bersama, bahkan setelah melalui perpisahan. Novel ini mengingatkan pembaca bahwa perpisahan kadang bukan akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk tumbuh dan memperbaiki diri agar siap menjalani hubungan yang lebih baik di masa depan.


Sumber foto: 

https://x.com/Bukune/status/1750851238961529251?t=LQH3X3fMyMn6GducUT-aWQ&s=19

Mengapa Butterflies adalah Novel yang Harus Kamu Baca?🦋📚

 


Sebelumnya novel ini di adaptasi dari AU (Alternative Universe) dari akun Twitter @ alesacakes pada tahun 2021 ketika di terbitkan. Novel ini sangat trending pada kala itu, pembaca AU pasti tau, siapa sih yang gak kenal AmarAbel.. nah di sini aku akan mereview sedikit tulisan indah dari alesacakes. 

Butterflies menceritakan kisah cinta antara Amara dan Abel. Amara adalah seorang siswi SMA yang memiliki hobi membaca buku. Salah satu penulis favoritnya adalah Lail Khaizure. Sejak kecil hingga usianya mencapai 16 tahun, Amara rajin mengirimkan surat kepada Lail. Namun, karena ia tidak pernah mencantumkan alamat pengirim, Lail tidak pernah bisa membalas surat-surat tersebut.

Kisah mereka, yang dikenal sebagai "Amarabel," bermula ketika Amara bertemu Abel di Kafe K, sebuah kafe yang dimiliki oleh Abel. Kafe K memiliki rak-rak penuh buku yang bisa dinikmati pengunjung, termasuk Amara. Di antara koleksi tersebut terdapat buku karya Lail Khaizure, bahkan edisi terbatas yang sudah tidak lagi diproduksi. Amara sangat mengagumi salah satu karakter fiksi dari buku Lail, yaitu Khai. Tanpa disadari, Khai adalah representasi dari Abel Khaizure di dunia nyata. Ya, Abel ternyata adalah putra dari Lail.

Novel ini tidak hanya berkisah tentang pertemuan sepasang kekasih, tetapi juga mengangkat konflik keluarga yang dialami oleh Abel dan Amara. Butterflies menggambarkan bagaimana Amara ternyata memiliki hubungan dengan ibunda Abel, bagaimana kehidupan Abel berubah setelah kehilangan sosok ibu tercintanya, dan bagaimana Amara, sebagai anak tengah, merasakan kesepian dan pengabaian dari ibunya sendiri.

Ale sebagai penulis benar-benar jago banget bikin cerita jadi hidup. Semua terasa detail banget, sampai pembaca bisa ngebayangin setiap adegan dengan jelas. Contohnya aja, ekspresi muka Naya, sahabat Amara, pas tahu Amara belum cari dress buat promnight. Ale ngegambarin ekspresi Naya kayak matanya membulat, hampir keluar, dan mulutnya nganga lebar sampai amandelnya keliatan! Dari situ, kita bisa banget ngerasain gimana kaget dan keselnya Naya sama Amara.

Terus, ada juga pas Ale ngejelasin suasana kafe Abel waktu Amara pertama kali datang. Dengan sudut pandang Amara, Ale ngegambarin lampu-lampu putih kekuningan di setiap sudut kafe, kaca depan yang bikin kita bisa lihat isi kafe dengan jelas, tembok warna abu-abu yang bikin adem, plus aksen kayu yang bikin kesannya hangat dan elegan. Ada juga rak buku yang isinya banyak banget buku buat pengunjung. Pokoknya, deskripsinya bikin pembaca kayak beneran ada di kafe itu. Detail-detail kecil kayak gini bikin cerita jadi makin hidup, dan pembaca tuh serasa ikut masuk ke dunia yang Ale bikin.

Cover novel ini juga nggak kalah keren. Dengan bahan hardcover, kesannya jadi mewah dan unik. Ada gambar kupu-kupu dan rumah di belakangnya, yang ternyata nyambung banget sama isi cerita. Warna ungu, merah muda, dan hitam di cover juga pas banget, nggak bikin mata sakit. Ale pake bahasa yang santai dan gampang dimengerti, jadi novel ini cocok buat semua kalangan. Ada sedikit dialog dalam bahasa Inggris, tapi mayoritas pakai bahasa Indonesia yang ringan. Kalau ada kata atau istilah asing, langsung dijelasin di bawah halaman, kayak di halaman 220 yang nyebut soal Ursa Minor Constellation. Di situ dijelasin kalau Ursa Minor itu salah satu rasi bintang modern. Jadi pembaca nggak bakal bingung deh!

Tapi ya, ada sedikit kekurangan di novel ini. Sudut pandangnya suka berubah-ubah tanpa keterangan. Dari bab 1 sampai 3 pakai sudut pandang Amara (orang pertama), eh tiba-tiba bab 4 ganti jadi sudut pandang orang ketiga serba tahu. Awalnya bikin bingung, tapi lama-lama pembaca ngerti juga sih, dan cerita tetap bisa dinikmati. Mungkin kalo ada penanda sudut pandang di awal bab, bakal lebih oke lagi. Ituu aja mungkin dari aku tentang review nyaa... 




Narasi, Memulai Sabuah Akhir: Review Novel Narasi 2021, Karya Tenderlova

 

Hi teman-teman! Kali ini aku mau nge-review karya lain dari Tenderlova. Buku yang hadir untuk melengkapi kisah sebelumnya ini berjudul Narasi 2021. Jadi, Narasi 2021 merupakan lanjutan dari Buku berjudul Tulisan Sastra, tapi point of viewnya aja yang berbeda. Untuk Narasi 2021, point of viewnya adalah tokoh bernama Adinata. Kalau Tulisan Sastra kan Sastra ya kalau ini tuh adek pas nya Sastra jadi adek pertamanya Sastra lah gitu. Nah di bawah ini aku nyantumin sinopsis yang ada di belakang novelnya. 

Bulan juni datang lagi. Padahal sisa sisa juni tabhun lalu belum sepenuhnya selesal. Beberapa sedih dan sesal masih tertinggal dan membekas dengan jelas. Tapi setiap kali Nana mendongak dan menatap langit yang biru, la selalu merasa. "Aku pikir setelah dia perçi, dunia akan runtuh. Tapi ternyata langit masih tinggi. burung masih terbang dan waktu masih berlalu."

Tahun depan, bulan juni pasti akan datang lagi. Dan sebelum bulan itu datang lagi. Nana berharap, dia bisa menyelesaikan segala hal yang belum selesai.

BAGIAN KEDUA TULISAN SASTRA

Nah kurang lebih begitu sinopsis nya.. Jadi di dalam buku ini nyatanya, semua ingatan masih berpusat pada 'dia.' Dia yang tidak menyukai hujan, yang selalu enggan memakai jas hujan pink milik adiknya, yang tak pernah keberatan menghabiskan es kiko rasa anggur, dan yang mencintai dirinya sendiri lebih dari apa pun di dunia ini.

Dan entah kenapa harus selalu Adinata. Kenapa harus Sahara yang mengisi hatinya, padahal ada sosok seperti Gayatri atau Malika yang tak kalah baik. Kenapa harus ada Bumi, Rumpi, dan Magandhi yang hadir di tengah semua itu. Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di kepala Adinata, menuntut jawaban yang seharusnya sudah ia pahami jauh lebih cepat. Jika saja ia mengerti lebih awal, mungkin tidak akan ada ruang kosong yang membekas, tak perlu ada umpatan pada diri sendiri karena merasa kalah, dan tak ada alasan untuk kembali menyentuh luka yang sejatinya belum sembuh.

Ironi, memang. Semesta seolah menyusun skenario drama dengan akhir cerita paling memilukan. Adinata merasa ada sesuatu yang selalu melesat pergi setiap pagi datang. Bukan butir embun yang menggantung di dedaunan, tapi wajah 'dia' yang terus hadir lewat mimpi dari dimensi yang tak lagi sama. Layaknya kopi yang sempurna karena pahitnya, begitulah Adinata melihat kehidupannya pahit yang terukir dalam kehilangan sang Abang tercinta. Disini Adin sapaan akrab Adinata masih menyangkal kalau Abang yang dia anggap musuh nyatanya adalah Abang yang sangat amat menyayanginya, ia masih menyangkal bahwasanya Abangnya itu hanya pergi main dan gak pulang-pulang... 

Oke mari kita mulai reviewnya : 

  1. Aku suka banget sama font yang dipakai, terutama buat judul di setiap chapter. Simpel tapi estetik, bikin nyaman dibaca. Aku juga senang banget karena ada daftar isinya, jadi lebih rapi dan gampang buat cari chapter. Ilustrasinya juga keren, makin nambah feel pas baca. Tapi ya, seperti biasa, typo masih ada sedikit di sana-sini.

  2. Kalau di buku sebelumnya aku lebih banyak ketawa atau ngerasa relate, di buku ini rasanya beda. Dari awal sampai akhir, atmosfernya lebih sedih dan penuh kehampaan, sama persis seperti yang dialami Adinata.

  3. Konflik yang diangkat dekat banget sama kehidupan sehari-hari. Mulai dari persahabatan, susahnya cari kerja, perjuangan bangkit dari kegagalan, sampai stereotip tentang pasangan hidup. Ada juga soal toxic parenting, pencarian jati diri, pentingnya peduli pada orang lain, mencintai diri sendiri, dan tentu saja kisah cinta yang penuh komplikasi.

  4. Alurnya sebagian besar maju, jadi lebih mudah diikuti dan terasa natural.

  5. Salah satu bagian favoritku adalah kisah kucing-kucingnya Jovan. Rasanya kayak baca The Traveling Cat Chronicles versi lokal, seru banget! Apalagi kalau Rinso lagi galau mikirin Bambang atau pas kangen sama Sastra. Obrolan random antara Rinso, Soleh, dan Molto juga kocak banget. Aku selalu nungguin scene mereka, sama kayak aku nunggu momen lucu dari Suyadi Bersaudara.

  6. Petuah-petuah Pak Suyadi itu luar biasa! Selalu bikin hati hangat. Tapi bukan cuma dari Bapak, pesan dari tokoh lainnya juga nggak kalah inspiratif.

  7. Bagian terbaik buatku adalah kisah tentang Bumi, Rumpi, dan Magandhi. Meski ada rasa sedih karena mengingatkan lagi pada sosok Sastra, tapi ada juga harapan yang muncul dari cerita anak-anak itu. Setidaknya mereka masih punya mimpi dan semangat untuk menjalani hidup yang lebih baik.

  8. Analogi yang dipakai di buku ini bener-bener keren. Misalnya, analogi tentang sepatu. Awalnya aku pikir kata “cocok” dan “pas” itu sama aja, tapi setelah dianalogikan seperti sepatu, aku baru ngerti kalau ternyata beda. Ada juga analogi tentang kapak dan pisau cukur, serta pola asuh anak ala Pak Burhan. Semua analoginya sederhana tapi sangat mengena.

  9. Diksi dan syair klasiknya juga nggak main-main. Contohnya di halaman 22 dan 70, itu indah banget. Setiap kata terasa pas, bikin hati bergetar.

  10. Hampir semua chapter sukses bikin air mata jatuh. Bahkan saat Suyadi Bersaudara kumpul pun, auranya tetap sedih. Kebahagiaannya terasa nggak utuh, ada bagian yang hilang. Chapter “Kata Abang, Tidak Apa-apa untuk Bersedih” adalah yang paling bikin hati berat.

  11. Penulis sangat detail dalam menggambarkan karakter tokoh, terutama melalui keyakinan yang mereka pegang. Hal ini bikin cerita terasa lebih hidup dan sangat relevan dengan latar Indonesia.

  12. Banyak hal yang mengingatkanku pada kehidupan nyata saat membaca buku ini. Mulai dari nasihat yang bermakna sampai hal-hal kecil yang bikin senyum sendiri. Contohnya, Cetta yang les di hari Minggu. Langsung kebayang teman-teman yang waktu weekend-nya tetap diisi belajar.

Tentang mencintai diri sendiri, ini erat banget sama Sastra. Bahkan password laptop-nya aja bentuk apresiasi untuk dirinya sendiri. Dia tahu cara menjaga keseimbangan hidup dengan melakukan hal-hal yang dia suka, seperti main musik, berbuat baik, dan menikmati waktu bersama orang-orang yang dia sayangi.

Toxic parenting juga jadi salah satu tema yang dibahas dengan baik. Pola asuh yang nggak sehat memang bisa berdampak besar pada anak, dan penulis berhasil menyampaikan pesan itu dengan cara yang sangat realistis.

Soal pasangan hidup, ada bahasan menarik tentang konsep “mapan.” Aku setuju kalau mapan itu nggak selalu soal uang atau jabatan tinggi. Mapan lebih ke stabilitas, punya rencana jelas, dan siap menjalani proses. Contohnya Adinata yang sudah bisa mengatur keuangannya dengan baik untuk investasi dan dana darurat. Itu bentuk mapan yang sebenarnya.

Buku ini benar-benar aku rekomendasikan. Selain ceritanya menarik, pesan moralnya juga dalam dan menyentuh. Keluarga Suyadi ngajarin kita banyak hal, terutama tentang kebaikan dan rasa syukur. Jadi, itu pendapatku tentang Narasi 2021.


Sumber foto : https://pin.it/X4oyxXyVY



Harmoni Perasaan dalam Setiap Halaman : Review Novel Hello Cello Karya Nadia Ristivani

Pernah nggak sih kamu ngerasa sakit hati banget sampai-sampai nggak mau kenal siapa-siapa lagi? Itulah yang dirasain Helga, cewek tangguh yang memutuskan untuk "mati rasa" biar nggak kena sakit hati dari cowok lagi. Tapi, apa bener Helga bakal selamanya mati rasa? Atau malah luluh sama cowok satu ini, Cello?

Nah, Hello, Cello ini cerita tentang Helga dan Cello yang penuh drama dan komedi romantis. Novel ini adalah karya ketiga Nadia Ristivani yang rilis tahun 2022 lewat penerbit Kawah Media. Dengan 400 halaman, nggak heran kalau buku ini jadi best seller di kalangan remaja dan para pecinta cerita romantis.

Tau nggak? Buku ini ternyata diadaptasi dari cerita AU (Alternative Universe) yang dulu ditulis Nadia di platform X (dulunya Twitter) lewat akun @ijoscripts. Sebenernya buku ini karakter nya ada di novel satunya juga,  yang berjudul "Hilmy Milan". Sebenarnya ini tuh mungkin bulusa jadi kemauan readers yang penasaran sama kisah cinta Helga sama Cello. Dan berakhir lah Nadia bikin cerita Hello Cello ini. Jadi, kalau kamu suka cerita romance yang dibumbui komedi receh, buku ini wajib banget masuk daftar bacaanmu!

Sedikit Tentang Cerita Helga & Cello

Helga udah muak banget sama drama cinta. Tiap kali jatuh cinta, ujung-ujungnya cuma sakit hati. Buat apa lagi coba? Tapi, di tengah usahanya buat menyendiri sambil nulis buku keenamnya, dia ketemu sama Cello, cowok yang awalnya cuma mau pedekate sama Una, cewek populer di kampus. Eh, malah nyangkut sama Helga yang "unik" banget ini.

Helga itu cewek random yang sering bikin Cello pusing sekaligus penasaran. Makin lama, Cello malah makin jatuh cinta sama Helga yang nggak seperti cewek-cewek lain yang pernah dia kenal. Kira-kira, bisa nggak ya Cello bikin hati beku Helga mencair lagi?

Nah novel ini di tulis sama Nadia Ristivani yang merupakan penulis muda yang awalnya dikenal lewat cerita-cerita AU di X. Nadia, yang juga penggemar berat K-Pop (terutama NCT), sering bikin cerita fiksi tentang idolanya. Selain Hello, Cello, dia juga punya karya populer lainnya seperti Hilmy Milan dan The Camaro. Kalau mau ngikutin karya-karyanya, kamu bisa stalking Instagram @ijoscripts buat update terbarunya.

Kelebihan Hello, Cello

Cerita ini bukan cuma soal cinta-cintaan doang. Ada konflik keluarga, persahabatan, dan struggle Helga buat ngadepin rasa insecure-nya sendiri. Dialognya santai banget, pake bahasa yang ringan dan kekinian. Jadi, pas banget buat pembaca remaja.

Yang bikin tambah seru, tingkah Helga dan Cello tuh kocak banget. Chemistry mereka bikin cerita ini jadi page-turner, alias kamu nggak bakal bisa berhenti baca sampai tamat. Ditambah lagi, ada hal baru nih dari desain covernya. Cover buku ini bisa dibolak-balik! Sisi biru muda buat Helga, dan sisi biru tua buat Cello. Unik banget, kan?

Selain itu, ada pesan penting di dalam ceritanya: sebelum mencintai orang lain, kita harus belajar mencintai diri sendiri dulu. Helga yang awalnya merasa insecure, akhirnya belajar buat menerima dirinya apa adanya.

Kekurangan Hello, Cello

Meski seru, ada beberapa kekurangan kecil di buku ini. Masih ada typo di beberapa bagian dan beberapa kalimat yang kurang efektif. Terus, ada juga istilah-istilah bahasa Inggris yang kurang tepat, jadi mungkin agak bikin bingung kalau kamu nggak terlalu familiar.

Dari segi panjang cerita, ada beberapa bagian yang terasa terlalu dipanjang-panjangin dan agak nggak perlu. Jadi, buat yang nggak sabaran, mungkin bakal ngerasa bosan di beberapa bagian.

Kesimpulan

Overall, Hello, Cello adalah cerita yang ringan, kocak, dan relatable banget buat pembaca muda. Kalau kamu lagi pengen baca novel romantis yang nggak cuma soal cinta tapi juga punya nilai kehidupan, novel ini cocok banget buat nemenin hari-harimu! Jangan lupa tambahin ke wishlist kamu, ya!


Sumber foto :  

https://cdn.gramedia.com/uploads/items/Hello_Cello.jpg


Kamis, 16 Januari 2025

Mengurai Rasa dalam Kata: Review Novel Tulisan Sastra Karya Tenderlova

 


Yang Pergi Biarlah Pergi, Yang Ada Semestinya Dijaga
(Kutipan ikonik dari Tulisan Sastra)

Awalnya aku tau buku ini dari Wattpad, aku sering baca Wattpad yang cast nya NCT Dream jadi setelah liat buku ini sliweran aku akhirnya belii dan yah aku belum move on sampe sekarang karena baguss banget pengembangan cerita dan alur nyaa

"Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu lagu Sampai Jumpa-nya Endank Soekamti, kan? ya kira-kira begitu lah. Tapi kamu tahu alasan kenapa manusia punya perasaan? sebab itu adalah satu-satunya cara kamu mengingat dengan kesan yang tak habis-habis. Jadi jangan terlalu sedih jika menemukan kehilangan-kehilangan lainnya.
Sedihlah seperlunya, lalu ingat bahwa sebenarnya kamu tidak benar-benar kehilangan. Sesuatu itu abadi dalam kenang yang kamu bawa dalam perasaanmu. Sampai sini paham, kan?" [Halaman: 261]

Begitulah sepenggal kalimat yang Tenderlova tulis di beranda wattpadnya

Nah dari penggalan di atas kalian udah bisa nebak belum ini cerita bakal happy or sad ending? kalau aku awalnya nyangka ini happy ending sihh

Oke, jadi gini nih, buku ini tuh bener-bener fokus ke tokoh Sastra. Ceritanya tuh ngupas habis tentang Sastra bareng keluarganya, temen-temennya, pacarnya, sampai dunia yang dia suka. Oh ya, Sastra ini anak tengahnya Pak Suyadi sama Bu Suyadi, loh.

Sastra itu tipikal anak tengah banget. Kadang jadi dewasa buat adik-adiknya, tapi bisa balik jadi bocah kalau udah deket sama kakaknya. Makanya dia kayak punya dua sisi yang bikin karakternya jadi relate banget. Plus, dia deket banget sama bapak sama ibunya, gitu.

Nah, kalau soal cinta-cintaan, Sastra juga nggak kalah menarik. Dia pacaran sama Sahara, yang dia panggil manis banget, "Sahara Kasihku." Tapi, ya, namanya cerita cinta fiksi, pasti ada aja dramanya. Sastra ini bucin tingkat dewa, sementara Sahara? Ya gitu deh, nggak bucin-bucin amat. Kebayang kan, gimana sedihnya jadi Sastra?

Terus kenapa sih aku suka banget sama novel ini sampai susah move on? Nih aku kasih tau poin-poinnya:

1. Gaya Bahasa yang Enak Dibaca
Bahasanya tuh santai, ngalir banget, jadi gampang dipahami. Penulisnya, Tenderlova, jago banget bikin banyak karakter nongol dalam satu adegan tanpa bikin kita bingung. Misalnya pas adegan Sastra ngumpul sama saudara-saudaranya. Selain itu, dia sering pake majas kayak hiperbola atau personifikasi, jadi ceritanya nggak garing. Bacaannya tuh asik aja!

2. Konfliknya Deket Banget Sama Realita
Konflik dalam cerita ini tuh hidup banget, kayak nempel sama kehidupan sehari-hari kita. Apalagi soal pasang-surut hidupnya Sastra, yang bikin kita jadi relate. Kalau urusan cinta-cintaan, ceritanya sih emang klasik—cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi justru itu bikin cerita ini jadi ngena banget.

Hal yang paling seru sih pas Sastra ngumpul bareng keluarganya. Dia tuh jahil abis ke adik-adiknya, suka bikin rusuh pas kumpul, tapi juga mellow kalau lagi curhat sama kakaknya atau kangen sama bapaknya. Momen-momen kecil kayak gini bikin ceritanya jadi hangat banget. Dan nggak heran kalau Bu Suyadi sering pusing sama ulah anak-anak cowoknya yang rame banget. Tapi aku suka, kayak berasa ikut nimbrung di cerita itu.

3. Karakter Lain yang Ikut Mencuri Perhatian
Walaupun fokus cerita ini ke Sastra, karakter lainnya nggak kalah mencuri perhatian. Contohnya nih, Bapak Suyadi yang bijak banget. Selalu ada buat ngobrol sama anak-anaknya di depan teras sambil ngerokok atau ngopi. Terus Bu Suyadi juga keren banget, bisa handle anak-anaknya yang karakternya nano-nano. Bahkan saudara-saudara Sastra—Bang Tama, Mas Eros, Mas Jovan, Nana, Cetta, sama Jaya—punya ciri khas masing-masing yang bikin keluarganya jadi berwarna. Seru banget kalau mereka ngumpul, kayak hidup di dunia nyata.

4. Banyak Pesan Moral yang Ngena
Nah, bagian ini juga nggak kalah penting. Pesan moral yang disisipin di cerita ini tuh banyak banget, terutama dari Bapak Suyadi ke anak-anaknya. Dan semuanya relatable sama kehidupan sehari-hari. Aku nggak akan sebutin detail karena saking banyaknya, tapi beneran, pesannya tuh dalem.

5. Plot Twist yang Ngeselin tapi Bikin Nagih
Pas baca ending-nya aku sempet nggak terima. Kesel banget rasanya, tapi ya justru di situ serunya. Ending-nya ngajarin tentang ikhlas, dan ternyata ikhlas itu nggak semudah ngomongnya. Harus dilatih banget, karena butuh mental kuat buat bisa nerima keadaan.

Kalau soal kekurangan, jujur nggak nemu sih, paling typo aja. Alurnya udah bagus banget, nggak terlalu cepet, nggak terlalu lambat, semuanya pas. Bahkan kalau dibaca ulang berkali-kali pun tetep seru, meskipun udah tau ending-nya.

Jadi, ya gitu deh, kenapa aku suka banget sama novel Tulisan Sastra karya Tenderlova ini. Nggak cuma ceritanya yang ngena, tapi feel-nya juga dalem banget. Thank you udah baca curhatan aku ini!


Menembus Waktu dan Perasaan: Review Novel Hujan Karya Tere Liye 🧢🚲🌧

 

Jadi gini nih, novel Hujan ini ceritanya fokus ke perjuangan dan kisah cinta seorang cewek bernama Lail. Waktu Lail baru umur 13 tahun, hidupnya berubah drastis gara-gara bencana besar. Gunung meletus dan gempa dasyat yang lebih parah dari letusan Krakatau dan Tambora gabung jadi satu, bikin kota tempat tinggalnya hancur, bahkan ngerenggut nyawa orang tuanya. Sedih banget, kan?

Tapi untungnya, di tengah kekacauan itu, ada Esok—cowok 15 tahun yang jadi penyelamat Lail. Esok ini tinggal sama ibunya yang dua kakinya harus diamputasi gara-gara bencana tadi. Mereka berdua sempat bareng di pengungsian selama setahun, udah kayak kakak-adik. Semua orang tahu betapa nempelnya Lail dan Esok.

Tapi ya namanya hidup, nggak selamanya mulus. Setelah pengungsian ditutup, mereka harus berpisah. Lail pindah ke panti sosial, sementara Esok diangkat jadi anak sama keluarga wali kota. Di panti sosial, Lail ketemu Maryam, teman sekamarnya yang super ceria dan selalu kasih vibes positif. Mereka berdua jadi sahabat dekat.

Meski udah pisah, Lail dan Esok masih suka ketemuan sebulan sekali. Tapi lama-lama makin susah karena Esok harus pindah ke ibu kota buat sekolah. Ketemuan mereka jadi jarang banget, bahkan cuma setahun sekali kalau lagi liburan. Sedih banget, kan? Tapi Lail nggak mau terjebak dalam rindu, jadi dia sibukin diri ikut organisasi relawan bareng Maryam. Mereka jadi relawan paling muda yang berani terjun ke tugas-tugas gila. Salah satunya, mereka berhasil nyelametin kota dari bencana bendungan yang mau jebol.

Kesibukan Lail ini bikin dia jadi lebih kuat dan nggak terlalu kepikiran sama Esok. Tapi ada aja momen di mana Esok tiba-tiba datang nggak terduga, masih pakai sepeda merah kesayangannya dan topi pemberian Lail. Yang bikin sakit hati, pertemuan mereka makin jarang, komunikasi juga nggak intens lagi.

Nah, fast forward ke masa depan, Esok ternyata jadi ilmuwan jenius yang bikin proyek kapal luar angkasa buat nyelamatin umat manusia dari bencana besar. Bumi makin kacau gara-gara perubahan iklim parah. Esok punya dua tiket buat naik kapal itu, tapi malah muncul drama baru: wali kota, yang ngadopsi Esok, minta tiket buat anaknya, Claudia. Lail yang denger ini jadi bingung, sedih, dan ngerasa kehilangan arah.

Sampai akhirnya, Lail memutuskan buat masuk ruangan modifikasi ingatan. Dia pengin ngapus semua kenangan soal Esok biar nggak sakit hati lagi. Tapi ternyata Esok juga sibuk banget di detik-detik terakhir, sampai nggak sempat kasih kabar ke Lail. Ending-nya bikin hati remuk karena pas Esok datang, semuanya udah terlambat.

Kelebihan Novel Hujan

Yang bikin novel ini keren banget tuh karena tema yang diangkat nggak biasa. Bencana alam, teknologi masa depan, plus drama persahabatan dan cinta bikin ceritanya padat dan menarik. Bahasanya ringan, enak dibaca, jadi nggak berasa berat walau bukunya tebal. Alurnya juga nggak ribet, malah ada banyak plot twist seru yang bikin penasaran.
Hal lain yang keren adalah imajinasi soal teknologi masa depan. Ada anting pemandu online, kendaraan otomatis, alat komunikasi di tangan—semua itu bikin pembaca ngerasa kayak hidup di masa depan. Jadi novel ini nggak cuma soal drama, tapi juga ngajak pembaca buat mikir jauh ke depan.

Kelemahan Novel Hujan

Tapi ya, nggak ada novel yang sempurna. Salah satu kekurangannya, karakter Lail terkesan lemah dan kurang inisiatif. Kalau nggak ada Maryam, kayaknya Lail nggak bakal bisa tumbuh jadi lebih baik. Sebagai tokoh utama, Lail rasanya kurang “nendang.” Terus, ada beberapa kesalahan kecil kayak nama sektor yang bikin bingung pembaca, tapi ini masih bisa dimaklumi.

Pesan Moral di Novel Hujan

Novel ini ngajarin kita banyak banget hal. Tentang persahabatan yang kuat kayak Lail dan Maryam, tentang cinta dalam diam antara Lail dan Esok, dan yang paling penting, tentang belajar mengikhlaskan. Kadang, bukan soal gimana kita bisa lupa, tapi gimana kita bisa menerima kenyataan dan move on dari situ.
Intinya, Hujan karya Tere Liye ini adalah novel yang wajib banget dibaca, terutama buat kamu yang suka cerita gabungan antara drama, sains, dan nilai-nilai kehidupan. Siapin hati, karena ending-nya bakal nyentuh banget!

Sumber foto : https://pin.it/3YkK75BOy

Perjalanan Waktu dan Takdir : Sebuah Kisah dari Kala Hitam Bermula

"Kala Hitam Bermula" merupakan sebuah kisah fiksi berlatar sejarah yang di tulis oleh akun yang bernama @filiananur_ di aplikasi X. Fili sudah menulis beberapa cerita berlatar belakang Hindia-Belanda, akan tetapi di tulisan kali ini ia mengangkat tema berlatar Singasari dengan menggunakan cara time travel dari masa depan kembali pada zaman Singasari dimana imajinasi dari Tokoh Sejarah yang berpatokan dari Serat Pararaton. mengapa ia memilih menulis cerita berlatar belakang sejarah, ia ingin menumbuhkan literasi sastra dengan latar sejarah agar dapat diterima dengan lebih simpel dan ringan. 

Dalam cerita ini mengisahkan tentang Hyachinta seorah siswi yang baru lulus SMA dan akan memasuki Universitas ternama di Indonesia dengan jurusan Sejarah. Akan tetapi disuatu hari, ia di suruh Ibunya untuk pergi ke rumah Neneknya karena Neneknya sedang sakit dan beliau berada di rumah sendirian. Maka dari itu Ibu Hyachinta menyuruh ia untuk menemani sang Nenek. Ketika ia sedang menemani Neneknya dikamar ia tertidur dan disitulah semua bermula ia tidak sadar telah mengalami time travel kembali ke masa Singasari dengan mendiami raga istri dari Pengeran Anusapati. Ketika ia tersadar ia terus menyangkal hal tersebut tapi semua itu nyata dan dia benar berada pada masa Singasari. Dalam cerita tersebut juga memberikan prolog sebagai berikut, 

1169 Saka, menjadi tahun yang begitu genting dalam kerajaan yang berdiri megah bernama Tumapel. Kematian Ken Angrok sebagai sang maharaja, berhasil menjadi batu pijakan seorang Anusapati untuk naik tahta sebagai seorang raja bergelar Bhatara Anusapati. Hasrat dendamnya pada Ken Angrok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Amurwhabumi akhirnya terlaksana dengan keris Mpu Gandring yang pemuda itu dapatkan dari sang ibunda tercinta, Ken Dedes. Begitu banyak rahasia yang tak terungkap dalam Serat Pararaton akan kehidupan Anusapati yang sebenarnya. Dendam yang digadang-gadang menyala bak kobaran api yang begitu membara menyelimuti Anusapati, pada akhirnya tak memiliki kejelasan. Akankah kobaran itu memang dendam atas kematian Tunggul Ametung atau permintaan Ken Dedes untuk melepaskan belenggu atas sang ayah, Ken Angrok.

Mari menjejaki dunia yang begitu jauh diantara kebenaran dan asa. Rahasia kasih dan sayang yang jauh begitu dalam antara Anusapati kepada sang ibunda. Ikatan ibu dan anak yang tak akan pernah bisa diputus oleh siapapun. Menyusuri lorong waktu yang begitu gulita, bersama darah yang berlumuran disetiap langkahnya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karna manusia dibekali akal dan pikiran untuknya berjalan dalam kehidupan. Layaknya Tuhan yang menciptakan gelap dan terang, manusia juga menciptakan gelap dan terang melalui lakunya. Hal yang tak pernah bisa dipungkiri untuk di sama ratakan menjadi hitam ataupun putih secara sepenuhnya.

Bersamaku, mari menjelajah lorong waktu milik calon raja Tumapel, Anusapti.

Nama yang akan terus berdenging di kepalamu, mulai dari sekarang.

Disini ketika Hyachinta tertarik ke masa lalu Pangeran Anusapati belum mengetahui tentang ia bukanlah anak kandung dari Ken Anggrok. Hyachinta juga mengetahui se kecewa apa Pangeran Anusapati ketika ia mengetahui bahwa ia bukanlah anak kandung dari Ken Anggrok. Dari situlah dendam untuk membalaskan kematian Ayahnya yakni Tunggul Ametung tercipta di diri Pangeran Anusapati dan Hyachinta yang telah mengetahui bagaimana akhir dari kehidupan Pangeran Anusapati pun bingung, apa tujuan ia berada di masa lalu apakah ia harus menyelamatkan suaminya yang akan dibunuh oleh Apaji Tohjaya atau tetap diam menunggu akhir hidup dari Pangeran Anusapati. Di sini dia juga mengetahui banyak fakta bahwa Gauri istri dari Pangeran Anusapati hanya menginginkan sebuah tahta, dan nama dari anak Pangeran Anusapati adalah Smining Rat bukan Wisnuwardhana ( nama tersebut di tulis dalam prasasti Mula Malurung (primer)) jadi Smuning Rat dan Wisnuwardhana adalah orang yang sama. 

Penulisan dalam cerita ini di kemas secara apik dan rapi, penyampaian nya tidak bertele - tele semua Sejarah di sampai kan secara runtut. Fili punya daya tarik dalam tulisannya untuk membuat pembaca ingin terus menerus membaca ceritanya. Ceritanya sangat amat bagus menurutku, dengan semua ini kita dapat belajar sejarah dengan mudah tak harus membaca banyak tumpukan buku-buku tebal. Semua sudah Filli rangkum menjadi cerita yang singkat tapi penuh makna. 

Sumber foto:  : https://x.com/filiananur_/status/1847284873947680835?t=No0njKkDuIph-6xEt49kkg&s=19

https://x.com/filiananur_/status/1866435179604328894?t=8bdR8tPlBQQsspi8jKwR0Q&s=19