Kamis, 23 Januari 2025

Mengapa Butterflies adalah Novel yang Harus Kamu Baca?🦋📚

 


Sebelumnya novel ini di adaptasi dari AU (Alternative Universe) dari akun Twitter @ alesacakes pada tahun 2021 ketika di terbitkan. Novel ini sangat trending pada kala itu, pembaca AU pasti tau, siapa sih yang gak kenal AmarAbel.. nah di sini aku akan mereview sedikit tulisan indah dari alesacakes. 

Butterflies menceritakan kisah cinta antara Amara dan Abel. Amara adalah seorang siswi SMA yang memiliki hobi membaca buku. Salah satu penulis favoritnya adalah Lail Khaizure. Sejak kecil hingga usianya mencapai 16 tahun, Amara rajin mengirimkan surat kepada Lail. Namun, karena ia tidak pernah mencantumkan alamat pengirim, Lail tidak pernah bisa membalas surat-surat tersebut.

Kisah mereka, yang dikenal sebagai "Amarabel," bermula ketika Amara bertemu Abel di Kafe K, sebuah kafe yang dimiliki oleh Abel. Kafe K memiliki rak-rak penuh buku yang bisa dinikmati pengunjung, termasuk Amara. Di antara koleksi tersebut terdapat buku karya Lail Khaizure, bahkan edisi terbatas yang sudah tidak lagi diproduksi. Amara sangat mengagumi salah satu karakter fiksi dari buku Lail, yaitu Khai. Tanpa disadari, Khai adalah representasi dari Abel Khaizure di dunia nyata. Ya, Abel ternyata adalah putra dari Lail.

Novel ini tidak hanya berkisah tentang pertemuan sepasang kekasih, tetapi juga mengangkat konflik keluarga yang dialami oleh Abel dan Amara. Butterflies menggambarkan bagaimana Amara ternyata memiliki hubungan dengan ibunda Abel, bagaimana kehidupan Abel berubah setelah kehilangan sosok ibu tercintanya, dan bagaimana Amara, sebagai anak tengah, merasakan kesepian dan pengabaian dari ibunya sendiri.

Ale sebagai penulis benar-benar jago banget bikin cerita jadi hidup. Semua terasa detail banget, sampai pembaca bisa ngebayangin setiap adegan dengan jelas. Contohnya aja, ekspresi muka Naya, sahabat Amara, pas tahu Amara belum cari dress buat promnight. Ale ngegambarin ekspresi Naya kayak matanya membulat, hampir keluar, dan mulutnya nganga lebar sampai amandelnya keliatan! Dari situ, kita bisa banget ngerasain gimana kaget dan keselnya Naya sama Amara.

Terus, ada juga pas Ale ngejelasin suasana kafe Abel waktu Amara pertama kali datang. Dengan sudut pandang Amara, Ale ngegambarin lampu-lampu putih kekuningan di setiap sudut kafe, kaca depan yang bikin kita bisa lihat isi kafe dengan jelas, tembok warna abu-abu yang bikin adem, plus aksen kayu yang bikin kesannya hangat dan elegan. Ada juga rak buku yang isinya banyak banget buku buat pengunjung. Pokoknya, deskripsinya bikin pembaca kayak beneran ada di kafe itu. Detail-detail kecil kayak gini bikin cerita jadi makin hidup, dan pembaca tuh serasa ikut masuk ke dunia yang Ale bikin.

Cover novel ini juga nggak kalah keren. Dengan bahan hardcover, kesannya jadi mewah dan unik. Ada gambar kupu-kupu dan rumah di belakangnya, yang ternyata nyambung banget sama isi cerita. Warna ungu, merah muda, dan hitam di cover juga pas banget, nggak bikin mata sakit. Ale pake bahasa yang santai dan gampang dimengerti, jadi novel ini cocok buat semua kalangan. Ada sedikit dialog dalam bahasa Inggris, tapi mayoritas pakai bahasa Indonesia yang ringan. Kalau ada kata atau istilah asing, langsung dijelasin di bawah halaman, kayak di halaman 220 yang nyebut soal Ursa Minor Constellation. Di situ dijelasin kalau Ursa Minor itu salah satu rasi bintang modern. Jadi pembaca nggak bakal bingung deh!

Tapi ya, ada sedikit kekurangan di novel ini. Sudut pandangnya suka berubah-ubah tanpa keterangan. Dari bab 1 sampai 3 pakai sudut pandang Amara (orang pertama), eh tiba-tiba bab 4 ganti jadi sudut pandang orang ketiga serba tahu. Awalnya bikin bingung, tapi lama-lama pembaca ngerti juga sih, dan cerita tetap bisa dinikmati. Mungkin kalo ada penanda sudut pandang di awal bab, bakal lebih oke lagi. Ituu aja mungkin dari aku tentang review nyaa... 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar