Kamis, 23 Januari 2025

Persahabatan, Cinta, dan Perjuangan Identitas dalam Novel Ndoro Darmabumi


" π‘Ίπ’†π’Œπ’π’π’‚π’‰'𝒐 π’…π’Š 𝑯𝑩𝑺, π’•π’‚π’‘π’Š π’‹π’‚π’π’ˆπ’‚π’ π’Žπ’†π’π’šπ’Šπ’π’ˆπ’ˆπ’–π’π’ˆ 𝑡𝒅𝒐𝒓𝒐 π‘«π’‚π’“π’Žπ’‚π’ƒπ’–π’Žπ’Š, π’π’‚π’π’•π’Š π’„π’†π’π’‚π’Œπ’‚." πŸπŸ–πŸ•πŸ–

Sepenggal kata yang di tulis oleh Filli di deskripsi AU-nya. 

Hai teman! Oke kali ini aku mau ngereview karyanya @filliananur_ lagi, yang kemarin kan udah berlatar belakang zaman kerajaan Hindu-Budha. Tapi kali ini cerita yang diangkat Fili berlatar belakang zaman Kolonial yang mengangkat tema identitas, diskriminasi, dan kepemimpinan. Sebenarnya novel imi juga di unggah oleh Fili di akun X nya dengan bentuk AU (Alternative Universe). Novel ini ditulis sebelum Kala Hitam Bermula. Sebelum Fili memutusakan untuk keluar dari zona nyaman dengan menulis dengan latar belakang Singasari. 

AU atau novel ini menceritakan kehidupan sekolah di masa Hindia-Belanda pada tahun 1878. Menceeritakan tiga pemuda keturunan Eropa yang bersekolah di HBS dengan rumor buruk yang membelenggu ketiganya. Rumor bahawa mereka merupakan antek-antek Preibumi bersenjata. Pada zaman itu Raffles memecahkan Jawa menjadi 16 keresidenan dengan tujuan untuk mengurangi kekuasaan para Raja dan Sultan. Mereka adalah Darmabumi seorang sinyo putra dari Residen Semarang, William Vos putra Residen Banjoemas, dan Hansen de Boer, putra Residen Lampung. Tiga sahabat ini udah dekat sejak kecil dan tinggal serumah sejak sekolah di ELS, karena mereka tinggal jauh dari orang tua demi mengenyam pendidikan. 

Pasca pembubaran VOC, pemerintah kolonial Belanda mulai menerapkan sistem tanam paksa yang terjadi pada tahun 1830-1870. Hal terssebut mengakibatkan dampak yang masih sangat berasa pada tahun 1887. Camar, Wiliam, dan Hansen, tidak sengaja bertemu dengan kelompok orang byang terdampak pasca tanam paksa, mereka tanpa ragu membantu orang tersebut tanpa sepengetauhan orang tua mereka. mereka menjadi pemimpin dan ikut turun tangan dalam mencuri bahan pangan untuk orang tersebut dari juragan kaya ataupun meneer. Apakah status mereka sebagai seoorang londho akan mempertahankan kesetianan mereka? Seperti biasa Fili selalu mencantumkan prolog diceritanya nah prolognya sebagai berikut, 



HBS atau Hoorage Burgerschool, adalah sebuah pendidikan menengah umum pada era penjajahan Hindia Belanda khusus untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite Pribumi. HBS menjadi sasaran sekolah setelah ELS( Eropeesche Lagere School ) atau HIS ( Hollandsch-Inlandsche school ) yang kala itu setara dengan pendidikan dasar.

Tak sembarang orang bisa masuk ke sekolah tersebut, mereka yang berpengaruh sajalah yang mampu. Mari menelisik kehidupan pendidikan umum kala itu, sebuah sekolah yang memiliki tiga orang pria mendominasi paling kuat diantara yang lain. Para orang tua yang menyekolahkan putra mereka sering kali berujar, β€œsekolah’o di HBS, tapi jangan menyinggung ndoro darmabumi, nanti celaka.” Begitulah mereka menasehati anaknya, terlihat begitu mengagungkan sosok Darmabumi agar jangan sampai terusik.

Mari menyusuri lorong waktu, menelisik setiap kenangan yang hadir di benak setiap insan. Menjejaki kehidupan sosok Darmabumi yang ditakuti kala itu.

Brakk

Sebuah dobrakan keras terdengar begitu memekakkan telinga. Semua manusia dalam penjuru kelas hanya bisa terdiam sembari menunduk takut, sosok pria londho yang tengah mengajar ikut tertegun tegang dengan suasana yang ada. Laki-laki yang menjadi sumber ketegangan nampak memutar bola matanya jengah, langkahnya mulai terdengar meninggalkan kelas dengan acuh. Dua pria londho yang terlihat seumuran nampak ikut berdiri, mengikuti langkah pria yang cenderung memiliki kulit lebih gelap. Ketiganya mulai keluar kelas, menyisakan hembusan nafas lega di setiap insan yang ditinggalkan.

Pria yang terlihat memimpin dengan tubuh tinggi nan tegap, memiliki tubuh kekar dengan rambut berwarna hitam legam, berhias bola mata berwarna abu terang, dia adalah Darmabumi atau orang Belanda mengenalnya dengan nama Peter Van Leevwen. Darmabumi termasuk kedalam kaum sinyo, mereka adalah anak laki-laki keturunan Pribumi dan Belanda. Pemuda itu menjadi orang yang ditakuti bukan karna statusnya yang menjadi seorang putra residen Semarang. Tapi rumor, dimana ia menjadi antek-antek Pribumi bersenjata.

Sedangkan dua pria londho yang mengikutinya adalah Wiliam Vos dan Hansen De Boer. Putra residen Banjoemas dan Lampoengsche Districten, ketiganya menjadi sahabat dekat sejak sekolah bersama di ELS. Pada awalnya saat masih di ELS , Darmabumi menjadi anak yang tersisihkan dengan status Sinyo dan kulit gelapnya. Tak arang, Darmabumi menjadi pelayan para anak eropa yang membawakan tas atau barang-barang milik anak lain yang memiliki kulit putih. Darmabumi berhasil masuk ke ELS berkat sogokan sang ayah pada sekolah tersebut, posisinya sebagai anak tunggal menjadi harapan bagi keluarga untuk meneruskan posisi sang ayah. Kehidupan Darmabumi mulai berubah sejak bertemu dengan dua anak pendiam bernama Wiliam dan Hansen.

Berberapa kali bertemu secara tidak sengaja, Wiliam dan Hansen hanya menatap Darmabumi dengan bisikan satu sama lain. Sedangkan Darmabumi hanya bisa menunduk mengira bahwa dirinya sedang digunjing seperti biasanya.

Pada suatu hari, nampak seorang anak tengah meringkuk sembari melindungi tubuhnya dengan kedua tangan. Hantaman dan pukulan terus mendera dengan penuh kesakitan.

Bugh

β€œBodoh! Pribumi menjijikan! Beraninya kamu menumpahkan makananku!” Teriakan penuh emosi itu dilayangkan oleh seorang anak Eropa bersama antek-anteknya. Pertikaian kali ini terjadi saat Darmabumi menjadi pelayan temannya, anak itu membawakan semua bekal makanan secara sekaligus untuk dibawa ke taman sesuai perintah. Banyaknya kotak bekal berbentuk rantang membuat tubuh kecil Darmabumi kesulitan untuk melangkah.

Dari sanalah masalah bersumber, karna kesulitan melangkah membuat Darmabumi menjatuhkan rentengan makanan yang ia bawa. Ceceran nasi mulai terlgeletak diatas tanah yang kotor, berakhir dirinya yang menjadi sasaran kemarahan oleh pemilik makanan.

Srakk

Sebuah tangan mencengkram rambut Darmabumi dengan keras, membiarkan anak itu mengerang sakit. Kepalanya ditekan kearah nasi yang telah kotor oleh tanah, β€œmakan itu inlander.”

Bugh

Cengkraman di kepala Darmabumi terlepas digantikan dengan suara tangis. Derapan langkah yang menjauh mulai terdengar oleh Darmabumi membuat anak itu dengan perlahan membuka matanya. Sosok yang di tangkap oleh Darmabumi untuk pertama kali adalah, dua anak laki-laki yang datang dengan sebuah batu digenggamannya. Sebuah tangan terulur darinya, β€œjangan jatuh dan lawan mereka yang menganggumu,” Ucapnya dengan nada bergetar. Sedangan sosok anak yang lain nampak bersembunyi dibelakang tubuh temannya sambari membawa sebuah ranting pohon dengan tangan bergetar.

Melihat itu, Darmabumi terkekeh dalam hati dan mulai beranjak menggapai bantuan. Darmabumi berdiri di tengah antara dua anak londho dengan sebuah ranting kayu yang ia temui di dekat kakinya. Keberanian mulai terkumpul karna adanya kawan yang menemani, β€œWiliam? Hansen? Apa yang kalian lakukan?” Tanya anak lain yang terisak Sembari memegang kepalanya yang berdarah akibat pukulan batu dari Wiliam.

β€œTidak ada Rob, aku hanya membantu temanku. Jika kamu membawa temanmu untuk menganggu Peter maka aku juga akan membawa teman peter untuk membalasmu.”

β€œPeter? Dia tidak cocok dengan nama Peter! Jangan gunakan nama yang pantas untuk kita pada pribumi menjijikkan sep-”

Bugh

Hening melanda, suasana yang awalnya ramai berubah menjadi tanpa suara. Sebelum hinaan itu berakhir, Darmabumi melangkah dengan cepat menghampiri anak bernama Rob lalu memukul tubuh anak itu hingga tersungkur jatuh.

β€œNamaku Peter Van Leevwen, jika kesulitan kamu bisa memanggilku dengan Darmabumi, aku berasal dari Semarang.” Kalimat yang selalu diucapkan saat perkenalan siswa baru kembali terucap oleh bibir Darmabumi, wajahnya tersenyum menatap Rob yang tersungkur jatuh di bawah kakinya.

Anak yang tak pernah melawan itu kini menjadi pusat perhatian, menjadi sosok yang dihindari oleh siapapun. Termasuk para londho yang memiliki sifat tinggi hati.

β€œPeter, jadilah teman kami dan ayo bersama-sama.” 

Itu adalah prolog yang ditulis oleh Fili di AU-nya.  Oke cukup segitu aja pembukaannya mari aku ceritakan lebih kompleks cerita yang ada di dalamnya. 

Ndoro Darmabumi adalah cerita tentang Darmabumi, seorang sinyoβ€”anak berdarah campuran pribumi dan Eropaβ€”yang hidupnya nggak gampang sama sekali. Karena statusnya itu, Darmabumi sering banget jadi bahan olokan di sekolah elitnya, Hoogere Burger School (HBS). Malah, ada gosip yang bilang dia antek pribumi bersenjata, bikin reputasinya makin buruk di mata orang-orang.

Tapi untungnya, Darmabumi nggak sendirian. Dia punya dua sahabat setia, William dan Hansen, yang selalu ada buat dia. Mereka bertiga bagaikan trio solid yang saling mendukung dalam segala situasi. Cerita mereka makin seru pas ketiganya nemu sebuah desa kecil yang jauh dari kehidupan kota. Desa ini sederhana banget, jauh dari kata mewah, tapi justru di tempat inilah mereka belajar banyak hal tentang kepemimpinan dan tanggung jawab. Bersama-sama, mereka berusaha jadi sosok Ndoroβ€”pemimpin yang dihormati di tengah masyarakat desa itu.

Masalah nggak cuma berhenti di situ. Darmabumi juga harus menghadapi drama cinta yang nggak kalah berat. Dia jatuh cinta sama seorang perempuan Londo (keturunan Eropa). Hubungan mereka penuh lika-liku, karena keluarga si perempuan nggak setuju anaknya pacaran sama cowok yang ada darah pribuminya. Kisah cinta ini menggambarkan gimana susahnya ngelawan aturan-aturan sosial yang kaku di zaman itu.

Selain soal cinta, cerita ini juga nyentuh isu yang lebih dalam, kayak kesetaraan dan identitas, yang ternyata masih relevan banget sampai sekarang. Awalnya, cerita terasa santai dan ringan, tapi makin lama konfliknya makin rumit. Darmabumi nggak cuma belajar jadi pemimpin, tapi juga harus mencari siapa dirinya sebenarnya di tengah semua tekanan itu.

Walaupun penyelesaian konfliknya agak kerasa buru-buru, novel ini tetap berhasil ngasih banyak pesan moral. Ndoro Darmabumi nggak cuma jadi cerita sejarah yang seru, tapi juga ngajarin aku buat lebih ngerti dan menerima identitas diri masing-masing. Cocok banget buat kamu yang suka cerita penuh drama, perjuangan, dan pelajaran hidup.


Sumber foto : 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar